neilz

Selasa, 03 Mei 2011

“PAHLAWAN TANPA TANDA JASA” VS PAHLAWAN KESIANGAN

Saya sangat bingung, dengan definisi guru. Secara teori, pada dasarnya banyak yang berpendapat bahwa guru adalah orang yang mengajarkan ilmu kepada murid-muridnya, baik ilmu alam, moral, agama, maupun sosial atau ilmu-ilmu lainnya. Sejatinya guru selalu memberikan contoh yang baik-baik kepada murid-muridnya. Guru selalu mengajarkan berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari. Oke, saya sangat setuju dengan definisi tersebut. Bagi saya guru juga termasuk orang yang paling berjasa dalam kehidupan saya.
Tetapi guru itu juga manusia, yang bisa juga melakukan kesalahan. Tapi, kata guru saya dulu, kalo kita sudah melakukan kesalahan maka harus minta maaf dan mencoba memperbaiki dan tidak mengulang kesalahan yang telah kita perbuat tersebut.
Mungkin hampir semua orang pernah mengalami kejadian buruk yang nggak bisa dilupain dengan gurunya. Dan yang baru saja saya alami, memang bukan kejadian yang berhubungan dengan guru saya. SAYA TIDAK SUDI PUNYA “GURU” SEPERTI “MEREKA”.
Kejadiannya berawal ketika adek saya jatuh gara-gara didorong temannya. Biasalah anak-anak mainan kadang suka kelewatan. Mereka kan belum ngerti mana yang bahaya mana yang aman. Sampai sekitar satu jam kemudian, ada seorang orang tua murid temen adek saya dateng ke rumah memberi tahu kalo adek saya jatuh. Mama buru-buru ke sekolah adek yang jaraknya nggak sampai 100 meter itu.
icha

Sampai di sekolah mama langsung ke ruang guru. Di sana ADEK saya sedang NANGIS sambil MEMEGANGI ES LILIN yang ditempel di keningnya sendirian DENGAN DARAH yang MENGALIR terus. Bahkan seragam putihnya udah berubah warna jadi merah. Adek duduk di kursi SENDIRIAN. Walaupun di ruang itu sebenernya ada dua orang guru, tapi mereka sibuk dengan urusannya sendiri, tanpa peduli dengan keadaan adek saya yang udah berlumuran darah.
Ketika mama tanya ke salah satu “guru” yang ada di situ, beliau bilang kalo adek jatuh sendiri saat main tadi. Beliau juga menyuruh mama memberi obat untuk adek. Sedang “guru” yang lain malah meledek dengan menunjukkan bekas luka yang ada di wajahnya dan bilang kalau nanti lukanya akan jadi seperti itu. Beliau-beliau ini tidak menunjukkan rasa belas kasih terhadap muridnya. Memangnya seperti itu ya sikap “para guru”? Memangnya kalau jadi “guru” bisa kehilangan rasa belas kasih? Kalau jadi “guru” bisa kehilangan rasa tanggungjawab juga?
Setelah menjemput adek, mama langsung membawa adek ke puskesmas karena darahnya nggak berhenti juga. Dan sampai di puskesmas ternyata luka adek harus dijahit. Tapi pihak puskesmas tidak berani menjahit karena lukanya lumayan dalam dan dekat sekali dengan mata. Kalo salah jahit bakal melukai mata. Dan kalo terlalu lama dibiarkan akan semakin lebar lukanya. Akhirnya pihak puskesmas memberi surat rujukan ke rumah sakit.
matanya habis dijahit

Singkat cerita, adek selesai di jahit dan langsung pulang. Yang bikin semakin sakit hati adalah saat sampai rumah, pemilik warung makan di sebelah rumah cerita tentang sikap salah satu “guru” yang tadi ada di ruang guru. Beliau saat ditanya adek jatuh kenapa masih menjawab jatuh sendiri. Padahal waktu jam pulang sekolah, ada temen sekelas adek yang mengantarkan buku adek yang ketinggalan bilang kalo adek jatuh gara-gara didorong temennya. Sekali lagi saya bingung. Memangnya “guru” itu pembohong ya? Bukannya kalo guru itu mengajarkan nggak boleh bohong karena dosa? Memang bukan masalah besar kalo adek ternyata jatuh didorong temennya. Karena memang sangat wajar kalo anak kecil kadang suka kelewatan seperti tiu. Saat pemilik warung membantah jawaban beliau ini, “nggak mungkin kalo jatuh sendiri lukanya seperti itu”. Beliau hanya bilang, “saya juga kurang tau sih”.

YANG LEBIH MENYAKITKAN, KETIKA DITANYA KENAPA NGGAK DIOBATI BELIAU MENJAWAB KALO BELIAU INI TAKUT DENGAN WALI KELAS ADEK DAN BELIAU TAKUT DIANGGAP SEBAGAI PAHLAWAN KESIANGAN.
Sebelumnya saya minta maaf dan minta ijin untuk memaki sebentar. BRENGSEK! GILA! NGGAK PUNYA OTAK! MIKIR DONK, ITU NYAWA ADEK GUE LO PERMAININ NYET! KALO ADEK GUE SAMPE MAMPUS APA LO MAU TANGGUNGJAWAB HA? LO KEMANAIN OTAK SAMA HATI LO? DUIT DOANK LO CEPET!
Adek terpaksa tiga hari istirahat di rumah karena malu dengan perban yang nempel di jidatnya. Dan saat masuk sekolah, “sang wali kelas” tidak bertanya keadaan adek. Bahkan saat mama menitipkan adek ke “wali kelas”nya, hanya ditanggapi dingin.
Yang saya tanyakan sekarang adalah, apa sebenarnya definisi guru? Dan siapa guru itu sebenarnya? Apa beliau-beliau tadi bisa dikatakan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa?
Saya minta maaf bila tulisan saya ini menyinggung banyak pihak. Tapi saya bukan bermaksud menjelek-jelekan pihak tertentu. Saya hanya ingin kejadian ini tidak terulang lagi. Dan mungkin bagi para guru, yang benar-benar guru tanpa tanda kutip, bisa lebih meningkatkan rasa tanggungjawab dan lebih berhati-hati dalam bersikap.
Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar